ASAL MULA BARONG LANDUNG
Kamis, 12 April 2012
0
komentar
Berawal
dari kisah Bali Kuno, yang menceritakan sebuah Kerajaan Balingkang. Dari
sinilah kisah kemunculan Barong Landung dimulai. Ketika itu, seorang raja
bernama Sri Jaya Pangus memerintah Kerajaan Balingkang. Pada masa
pemerintahannya, kehidupan masyarakat amatlah makmur. Kerajaan tenteram dari
segi ketahanan militer hingga perdagangannya. Dari hubungan perdangan inilah
rumor tentang kemakmuran kerjaan ini terdengar hingga negeri cina. Para
saudagar Cina pun memutuskan datang dan menjalin hubungan pertemanan
dengan kerajaan yang diperintah oleh Sri Jaya Pangus. Dari hubungan ini,
lambat laun Sri Jaya Pangus menemukan sorang wanita Cina pujaan hatinya. Wanita
ini bernama Kang Ching Wie, putri seorang saudagar Cina yang kaya raya. Raja
Balingkang ini akhirnya memutuskan meminang putri saudagar tersebut menjadi
permaisurinya. Pinangan sang raja disetujui, hingga digelarlah upacara
pernikahan yang amat megah. Seisi kerajaan dan seluruh rakyat ikut bersuka cita
merayakannya.
Bertahun-tahun
lamanya setelah pernikahan Sri Jaya Pangus dan Kang Cing We, kedua mempelai ini
belum juga dikaruniai seorang anak. Ini membawa kesedihan yang amat mendalam
pada pihak kerajaan dan seluruh rakyat Kerajaan Balingkang. Keadaan kerajaan
saat itu menjadi sangat muram. Hampir tidak pernah diadakan perayaan ataupun
acara-acara hiburan oleh kerajaan ataupun masyarakat. Hal-hal yang besifat
hura-hura sengaja tidak dilakukan, untuk ikut berbela sungkawa atas kejadian
ini. Tertekan dengan apa yang terjadi, akhirnya Raja Sri Jaya Pangus memutuskan
pergi meninggalkan Kang Cing We untuk mencari pencerahan. Pertualangan pun dilakukan
oleh sang raja, hingga akhirnya membuat sang raja terdampar di sebuah tempat di
kaki gunung batur.
Di
tempat itu Sri Jaya Pangus memutuskan untuk bermeditasi. Kehadiran sang raja ternyata
menarik hati seorang dewi yang menguasai daerah tersebut. Dewi ini bernama Dewi
Danu. Ia merupakan dewi penunggu Danau Batur. Ditemani oleh para kerabatnya,
sang dewi akhirnya menggoda sang raja yang terbangun dari meditasinya. Raja
Kerajaan Balingkang inipun akhirnya tergoda, dan memutuskan menikahi Dewi Danu.
Singkat
cerita, bertahun-tahun lamanya menunggu, Kang Cing We menatap kesedihan karena
sang suami tidak pernah pulang ke kerajaan. Dari rasa penasarannya, akhirnya
permaisuri Kerajaan Balingkang ini memutuskan berpetualang untuk mencari
suaminya. Melewati hutan belantara dihadapi, namun perjalanan beliau terhalang
oleh angin kencang, beliau berusaha untuk melewatinya, tapi akhirnya Kang Cing
We terjatuh di sebuah hutan dan tepat di tempat suaminya terdampar dulu. Di
sini akhirnya Kang Cing We bertemu dengan seorang anak yang tidak lain adalah
anak dari perkawinan suaminya yaitu Raja Sri Jaya Pangus dan Dewi Danu.
Menjumpai
kenyataan itu, Kang Cing We merasa kecewa dan sakit hati, lalu memutuskan untuk
menyerang Dewi Danu yang merebut suaminya. Serangan dari Kang Cing We mendapat
respon negatif dari Dewi Danu, dan akhinya karena kemarahannya iapun
mengeluarkan pasukannya yang berbentuk raksasa dan memporak porandakan pasukan
Kang Cing We. Tak tega melihat keadaan istri pertamanya yaitu Kang Cing We,
sang raja akhirnya memutuskan untuk melindungi Kang Cing We dari serangan Dewi
Danu. Raja menyadari cintanya kepada Kang Cing We tidak akan pernah mati
walaupun telah lama meninggalkan permaisurinya tersebut. Melihat Kang Cing We
dan Sri Jaya Pangus bersatu, membuat Dewi Danu kecewa. Dalam kecewanya, iapun
mengutuk kedua pasangan ini menjadi patung.
Berita
tentang berubahnya Sri Jaya Pangus dan Kang Cing We menjadi patung, menyebabkan
luka yang sangat mendalam bagi rakyat Kerajaan Balingkang. Kesedihan rakyat ini
akhirnya membuat Dewi Danu tersadar telah berbuat kesalahan. Ia pun kemudian
datang ke kerajaan tersebut membawa seorang anak yang merupakan anak Sri Jaya
Pangus. Dengan kedatangan Sang Dewi, rakyat Balingkang pun memutuskan
mengangkat anak dari Sri Jaya Pangus menjadi penerus menggantikan raja. Sang
Dewi pun mengingatkan rakyat Balingkang untuk terus menghormati dan mengenang
mendiang raja serta permaisurinya. Kedua pasangan ini merupakan sosok seorang
pelindung, dimana semasa pemerintahannya Kerajaan Balingkang menjadi makmur,
aman dan tenteram. Sri Jaya Pangus dan Kang Cing We juga disimbolkan sebagai
pasangan yang memiliki cinta sejati. Untuk selalu mengenang jasa-jasa sang
raja, rakyat Balingkang akhirnya memutuskan untuk memanifestasikannya ke dalam
sebuah barong. Mengingat Raja Sri Jaya Pangus dan Kang Cing We di kutuk oleh
Dewi Danu. Dari patung itulah rakyat Balingkang membuat sepasang arca, sehingga
arca inilah sebagai Barong Landung.
Nilai-nilai kehidupan
yang terkandung dalam cerita :
1. Nilai
keagamaan :
Nilai
keagamaan yang dapat diambil adalah dimanifestasikannya raja Sri Jaya Pangus
dan istrinya yaitu Kang Cing We sebagai Barong, karena Kedua pasangan ini
merupakan sosok seorang pelindung. ( paragraf 6 baris ke 6 “Kedua pasangan ini
merupakan sosok seorang pelindung, dimana semasa pemerintahannya Kerajaan
Balingkang menjadi makmur, aman dan tenteram” dan pada paragraf 6 baris ke 8 “Untuk
selalu mengenang jasa-jasa sang raja, rakyat Balingkang akhirnya memutuskan
untuk memanifestasikannya ke dalam sebuah barong.”).
2. Nilai
Ekonomi :
Ekonomi
kerajaan pada saat Raja Sri Jaya Pangus memimpin adalah amatlah makmur dan juga
tentram ( terletak pada paragraf 1 kalimat 3 dan 4 yaitu “Pada masa pemerintahannya,
kehidupan masyarakat amatlah makmur. Kerajaan tenteram dari segi ketahanan
militer hingga perdagangannya.”.
3. Nilai
kemimpinan :
Nilai
kemimpinan yang terkandung dalam cerita tersebut adalah Raja Sri Jaya Pangus
adalah sosok pemimpim yang bijaksana, adil dan mementingkan kepentingan
rakyatnya, sehingga rakyatnya menjadi makmur. Hal ini terdapat pada paragraf 1
dengan kalimat ke 3 yaitu “Pada masa pemerintahannya, kehidupan masyarakat
amatlah makmur”.
4. Nilai
Sosial :
Nilai
sosial yang terdapat pada cerita ini adalah cinta antara Raja Sri Jaya Pangus,
Kang Cing We dan Dewi Danu. Yang membuat Raja Jaya Pangus dan Kang Cing We
dikutuk oleh Dewi Danu menjadi Patung karena kekecewaannya. (terdapat pada
paragraf 5 yaitu “Menjumpai kenyataan itu, Kang Cing We merasa kecewa dan sakit
hati, lalu memutuskan untuk menyerang Dewi Danu yang merebut suaminya. Serangan
dari Kang Cing We mendapat respon negatif dari Dewi Danu, dan akhinya karena
kemarahannya iapun mengeluarkan pasukannya yang berbentuk raksasa dan memporak
porandakan pasukan Kang Cing We. Tak tega melihat keadaan istri pertamanya
yaitu Kang Cing We, sang raja akhirnya memutuskan untuk melindungi Kang Cing We
dari serangan Dewi Danu. Raja menyadari cintanya kepada Kang Cing We tidak akan
pernah mati walaupun telah lama meninggalkan permaisurinya tersebut. Melihat
Kang Cing We dan Sri Jaya Pangus bersatu, membuat Dewi Danu kecewa. Dalam
kecewanya, iapun mengutuk kedua pasangan ini menjadi patung.”).
5. Nilai
tenggang rasa :
Selain
terdapat rasa tenggang rasa, antara raja dan rakyat contohnya terdapat pada
paragraf ke 2 kalimat ke 4 dan 5 yaitu “Hampir tidak pernah diadakan perayaan
ataupun acara-acara hiburan oleh kerajaan ataupun masyarakat. Hal-hal yang
besifat hura-hura sengaja tidak dilakukan, untuk ikut berbela sungkawa atas
kejadian ini.”. Terdapat juga nilai saling memiliki antara raja dan rakyatnya
yaitu terdapat pada paragraf 5 kalimat ke 1 yaitu ” Berita
tentang berubahnya Sri Jaya Pangus dan Kang Cing We menjadi patung, menyebabkan
luka yang sangat mendalam bagi rakyat Kerajaan Balingkang”.
BIODATA NARASUMBER
Nama : I Nengah Srija,AmaPd
Perkerjaan : Pensiunan Guru SD
Asal : Br.Tambahan Kelod, Tembuku,
Bangli
Umur : 62 Tahun
BIODATA
MAHASISWA
NAMA :
I NYOMAN RAHGUNASTRA
NIM :
1115051023
ASAL :
BR.TAMBAHAN KELOD, TEMBUKU, BANGLI
JURUSAN :
PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS :
TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS : PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
0 komentar:
Posting Komentar