KESEPADANAN DAN KESATUAN
Jumat, 13 April 2012
0
komentar
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Setiap manusia melakukan proses hubungan timbal
balik. Proses timbal balik inilah yang dipergunakan untuk pengembangan
perasaan, pemikiran, perbuatan, dan tingkah laku. Dasar dari sebuah hubungan timbal balik ini
adalah bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi untuk berhubungan dengan orang
lain atau melaksanakan hubungan sosial. Setiap Negara memiliki bahasa yang
berbeda, dan aturan sendiri tentang bahasa mereka. Di Indonesia, negara yang
tersusun atas beribu pulau, terdiri atas berbagai daerah, suku, budaya dan
bahasa pun memiliki aturan atau kaedah sendiri mengenai bahasanya. Bahasa
Indonesia merupakan bahasa nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Meskipun terdapat beragam bahasa daerah , namun bahasa Indonesia tetap dianggap
dan merupakan bahasa persatuan NKRI. Dalam kaedahnya sebagai bahasa persatuan,
bahasa Indonesia memiliki suatu tatanan dan aturan dalam penggunaan bahasa
formal dan dalam tata cara penulisan. Bahasa Indonesia merupakan salah satu
materi wajib dalam kurikulum pendidikan.
Dalam
pembelajaran di sekolah, pendidikan bahasa Indonesia telah diberikan mulai dari
taman kanak-kanak sampai dengan universitas. Sejak dini bahkan telah diajarkan
bagaimana penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun pada
kenyataannya masih banyak ditemukan kesalahan dalam penggunaan bahasa Indonesia,
terutama pada pengucapan dan penulisan seperti pada ceramah ilmiah dan karya
tulis. Dari segi kalimat yang tidak sepadan dan padu hingga menghasilkan
kalimat yang tidak efektif. Oleh karena itu dibutuhkan pembelajaran mengenai
kesepadanan dan kesatuan dalam kalimat efektif, agar mahasiswa dapat menguasai
kemampuan dasar ini sehingga mahasiswa mampu mengembangkan bermacam-macam
gagasan dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan tidak salah lagi dalam
pengucapan dan penulisan. Setiap gagasan yang dimiliki seseorang pada prakteknya
harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang baik harus memenuhi persyaratan
gramatikal. Kata-kata yang dipergunakan dalam membentuk kalimat haruslah
dipilih dengan tepat.
Dengan
demikian kalimat menjadi jelas maknanya. Kalimat yang benar dan jelas akan
dengan mudah dipahami secara tepat. Kalimat yang demikian disebut kalimat
efektif. Salah satu syarat dalam membangun kalimat efektif adalah kesepadanan
dan kesatuan. Kesepadanan dan kesatuan
dua komponen yang saling terkait dan merupakan salah satu materi dalam bahasa
Indonesia dasar yang menjadi syarat dalam penulisan kalimat efektif. Namun,
masih banyak orang khususnya mahasiswa yang belum mengetahui kesepadanan dan
kesatuan dalam kalimat efektif. Oleh karena itu, pada makalah ini penulis menjelaskan
tentang kesepadanan dan kesatuan yang merupakan salah satu syarat pada kalimat
efektif.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan kesepadanan dan
kesatuan ?
1.2.2 Apa hubungan kesepadanan dan kesatuan dalam kalimat
?
1.2.3 Bagaimana cara membangun kalimat
efektif agar memenuhi syarat kesepadanan dan kesatuan ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian kesepadanan dan
kesatuan.
1.3.2 Mengetahui hubungan kesepadanan dan kesatuan
dalam kalimat.
1.3.3 Mengetahui cara membangun kalimat
efektif yang memenuhi syarat kesepadanan dan kesatuan.
Bab II
Pembahasan
2.1 Pengertian Kesepadanan dan Kesatuan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kesepadanan adalah
kelengkapan yang maksimal dalam penggunaan struktur bahasa untuk mendukung ide
atau gagasan yang terdapat dalam suatu kalimat.
Zubeirsyah
dan Lubis (2007:86-87) mengatakan:
Kesepadanan
dalam sebuah kalimat efektif adalah hubungan timbal balik antara subjek dan
predikat, predikat dengan objek serta keterangan, yang semuanya berfungsi
menjelaskan unsur/bagian kalimat tersebut. Selain struktur/ bentuk kesepadanan,
kalimat efektif harus pula mengandung kesatuan ide pokok/ kesatuan pikiran.
Berbicara mengenai kesatuan biasanya
dikaitkan dengan rasa nasionalisme untuk mempersatukan bangsa. Makna kata
kesatuan dalam bahasan ini tidak jauh berbeda dengan makna kesatuan nasionalisme.
Kesatuan berasal dari dasar kata satu yang berarti tunggal. Kesatuan merupakan
suatu penunggalan antara kata yang satu dengan yang lain agar menjadi satu
kalimat yang utuh dan benar (efektif).
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesepadanan dan kesatuan dalam kalimat
efektif merupakan kemampuan struktur/bentuk suatu bahasa untuk mendukung
gagasan pikiran yang terdapat dalam kalimat itu.
2.2 Hubungan Kesepadanan dan Kesatuan dalam Kalimat
Kesepadanan
dan kesatuan memiliki hubungan yang erat dalam sistematika penulisan sebuah
kalimat agar menjadi kalimat efektif. Kata yang tidak sepadan tidak dapat
membangun suatu kalimat yang efektif. Dengan kata lain suatu kalimat harus
sepadan sehingga dapat menjadi satu kalimat efektif.
Contoh
:
Ade
akan membangun tembok, dua hari kemudian dibangun tembok.
Kalimat
diatas bukan kalimat yang efektif,
karena terdapat penggunaan kata yang tidak sepadan sehingga kalimat diatas
tidak menjadi satu kesatuan yang utuh.
Perbaikan:
Ade
akan membangun tembok, dua hari kemudian ia membangun tembok.
2.3 Membangun Kesepadanan dan Kesatuan dalam Kalimat Efektif
Kesepadanan
dan kesatuan erat kaitannya dengan struktur sistematis yang merupakan salah
satu syarat dari sebuah kalimat efektif. Zubeirsyah (2007:89) menyatakan
kalimat efektif yaitu suatu kalimat yang
dapat mengungkapkan gagasan, informasi, dan perasaan dengan tepat ditinjau dari
segi diksi, struktur, dan logikanya. Ciri-ciri kalimat efektif ialah kesatuan,
kehematan, penekanan, dan kevariasian. Untuk mencapai kesepadanan dan kesatuan dalam
lingkup kebahasaan yaitu kalimat efektif, perlu diperhatikan beberapa hal ,
karena kesepadanan dan kesatuan ini memiliki ciri- ciri sebagai berikut.
1. Memiliki
fungsi Subjek dan predikat.
2. Kata
penghubung intrakalimat dan antarkalimat.
3. Memiliki
gagasan pokok.
4. Penggabungan
kalimat dengan “yang” , “dan”.
5. Penggabungan
menyatakan “sebab” dan “waktu”.
6. Penggabungan
kalimat yang menyatakan hubungan akibat dan hubungan tujuan.
Misalnya:
Arni menonton flim Korea tadi siang. Kalimat ini jelas maknanya. Hubungan
antara unsur yaitu subjek (Arni) dengan
predikat (menonton) dan antara predikat dengan objek (flim korea) beserta
keterangan (tadi siang) merupakan kesatuan bentuk yang membentuk kepaduan
makna. Kata-kata itu akan menjadi lain bila diubah susunannya menjadi:
1.
Menonton flim korea tadi siang Arni.
2.
Flim Korea Arni tadi siang menonton.
3.
Menonton Arni tadi siang flim Korea.
4.
Flim Korea Arni menonton tadi siang.
Kalimat-kalimat
di atas maknanya menjadi kabur karena fungsi kata-katanya tidak jelas. Unsur
subjek, predikat beserta pelengkapnya tidak jelas sehingga kesatuan bentuk dan
keutuhan makna tidak tercapai. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa harus ada keseimbangan antara pikiran atau gagasan dengan struktur bahasa
yang digunakan. Kesepadanan kalimat diperhatikan oleh kemampuan struktur bahasa
dalam mendukung konsep yang merupakan
kepaduan pikiran.
Berikut
akan dijelaskan mengenai bagaimana membangun kalimat efektif yang dapat memenuhi syarat kesepadanan dan
kesatuan.
1. Subjek dan Predikat
Sebuah
kalimat efektif sekurang - kurangnya harus memiliki unsur subjek dan predikat.
Subjek dan predikat harus jelas, jika tidak maka akan terbentuk kalimat yang
tidak efektif.
Subjek
: unsur kalimat yang merupakan jawaban
atas pertanyaan siapa atau apa. Subjek di dalam sebuah kalimat merupakan unsur
inti atau pokok pembicaraan.
Misalnya
dalam kalimat Bahasa Indonesia sulit. Jawaban atas pertanyaan apa yang sulit
adalah Bahasa Indonesia. Jadi, Bahasa Indonesia adalah pokok pembicaraan dalam
kalimat tersebut.
Predikat
: unsur kalimat yang merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana atau mengapa
subjek itu. Misalnya, jawaban atas pertanyaan
bagaimana bahasa Indonesia adalah sulit. Jadi, sulit adalah predikat yang menjelaskan mengenai
Bahasa Indonesia dalam kalimat tersebut.
Perhatikan contoh lain berikut.
Kepada para mahasiswa diharap
mendaftarkan diri di sekretariat.
Sekarang
kita cari subjek kalimat tersebut. Apa
atau siapa yang diharapkan? Jawabannya adalah para mahasiswa. Akan tetapi
karena kalimat diatas didahului kata kepada,
maka kata para mahasiswa tidak dapat
berfungsi sebagai subjek. Oleh karena itu, kata kepada pada kalimat diatas
harus dihilangkan agar menjadi jelas dan keseluruhan kalimat menjadi padu.
Perbaikan:
Para
mahasiswa diharapkan mendaftarkan diri di sekretariat.
Sebelumnya
telah dikatakan bahwa sebuah kalimat harus jelas subjek dan predikatnya. Untuk
lebih memahami, perhatikan contoh berikut.
1. Gedung
bertingkat yang menjulang tinggi.
2. Mahasiswa
yang memimpin teman-temannya.
Kata-kata
kerja dalam pernyataan diatas tidak dapat menduduki fungsi predikat karena di
depan kata kerja itu terdapat partikel “yang”. Pernyataan di atas bukan kalimat
karena tidak memiliki predikat. Kata-kata yang menjulang tinggi merupakan
keterangan dari gedung bertingkat yang berfungsi sebagai subjek (pada
pernyataan 1). Demikian juga kata-kata yang memimpin teman-temannya merupakan
keterangan dari mahasiswa yang berfungsi sebagai subjek (pada pernyataan 2).
Pernyataan 1 dan 2 dapat dijadikan kalimat jjika ditambahkan kata-kata yang
berfungsi sebagai predikat.
1. Gedung
bertingkat yang menjulang tinggi itu mengganggu
lalu lintas penerbangan.
2. Mahasiswa
yang memimpin teman-temannya dipanggil
oleh rektor.
Kata-kata
yang dicetak miring pada kalimat diatas berfungsi sebagai predikat.
2. Kata Penghubung Intrakalimat dan Antarkalimat
Kata
penghubung atau konjungsi atau kata sambung merupakan kata tugas yang
menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat yaitu antara kata dengan kata,
frasa dengan frasa, dan klausa dengan klausa.
Kata
penghubung atau konjungsi intrakalimat
berfungsi menghubungkan unsur – unsur kalimat. Konjungsi antarkalimat berfungsi menghubungkan kalimat dengan kalimat
berikutnya.
Contoh
konjungsi intrakalimat :
Kami
datang agak terlambat sehingga tidak
mengikuti kuliah Bahasa.
Sehingga
merupakan konjungsi intrakalimat yang menghubungkan unsur subjek dan predikat 1
dengan predikat 2 dan objek.
Contoh
konjungsi antarkalimat :
Kami
datang terlambat. Oleh karena itu,
kami tidak mengikuti kuliah Bahasa.
Oleh karena itu
merupakan konjungsi yang menghubungkan kalimat satu dengna kalimat berikutnya.
3. Gagasan Pokok
Setiap kalimat memiliki inti, ide, atau
gagasan pokok. Gagasan pokok biasanya terdapat pada awal kalimat. Jika seorang
penulis hendak menggabungkan dua kalimat, maka penulis harus menentukan bahwa
kalimat yang mengandung gagasan pokok harus menjadi induk kalimat.
Contoh:
1. Simon
mengalami kecelakaan ketika mengendarai motor.
2. Simon
mengendarai motor ketika mengalami kecelakaan.
Gagasan
atau ide pokok pada contoh pertama adalah Simon mengalami kecelakaan dan menjadi induk
kalimat pada kalimat tersebut. Gagasan atau ide pokok pada contoh kalimat kedua
adalah Simon mengendarai motor dan menjadi induk kalimat pada kalimat tersebut.
4. Penggabungan dengan “yang” , “dan”
Dalam karya tulis penulis sering menggabungkan kalimat. Jika dua kalimat
digabungkan menjadi satu dengan konjungsi “dan” , maka akan menghasilkan
kalimat majemuk setara. Jika digabungkan dengan konjungsi “yang”, maka akan menghasilkan
kalimat majemuk bertingkat. Contoh:
1. Masyarakat
merasakan bahwa mutu pendidian kita masih rendah.
2. Perbaikan
mutu pendidikan adalah tugas utama perguruan tinggi.
Kalimat pertama dan kedua mengandung
gagasan pokok yang sama penting. Penggabungan yang efektif untuk kedua kalimat
di atas ialah dengan mempergunakan partikel dan, sehingga menjadi:
Masyarakat merasakan bahwa mutu
pendidian kita masih rendah dan
perbaikannya adalah tugas utama perguruan tinggi.
Contoh:
1. Kongres
global warning diadakan di Jakarta.
2. Kongres
itu membicarakan beberapa masalah di dunia.
Penggabungan
yang efektif untuk kedua kalimat di atas ialah dengan mempergunakan partikel yang,
sehingga menjadi:
Kongres global warning yang diadakan di Jakarta membicarakan
beberapa masalah di dunia.
5. Penggabungan Menyatakan “sebab” dan “waktu”
Konjungsi yang menyatakan sebab menjelaskan
bahwa suatu peristiwa terjadi dikarenakan oleh suatu sebab tertentu. Hubungan
sebab dinyatakan dengan konjungsi karena. Konjungsi yang menyatakan waktu menurut
Keraf (1999: 117) menjelaskan hubungan waktu antara dua hal atau peristiwa.
Hubungan waktu dinyatakan dengan konjungsi ketika. Contoh:
1.
Karena
sakit, Andre tidak datang ke kantor.
2.
Ketika
sakit
, Andre tidak datang ke kantor.
Kalimat di atas
keduanya tepat. Penggunaannya bergantung pada jalan pikiran penulis apakah ia
mementingkan hubungan waktu atau hubungan sebab. Yang perlu diperhatikan adalah
pilihan penggabungan itu harus sesuai dengan konteks kalimat.
1.
Karena
usianya sudah mendekati 30 tahun, ia memutuskan untuk mengikuti wajib militer.
2.
Ketika
usianya sudah mendekati 30 tahun, ia memutuskan untuk mengikuti wajib militer.
6. Penggabungan Kalimat yang Menyatakan Hubungan Akibat dan Hubungan Tujuan
Konjungsi akibat (konsekutif) menjelaskan
bahwa suatu peristiwa terjadi akibat suatu hal yang lain. Konjungsi ini disebut
juga konjungsi sebab-akibat, dimana dua hal berkorelasi sebagai sebab atau
akibat bagi salah satu unsurnya. Konjungsi yang menyatakan akibat adalah
sehingga.
Konjungsi yang
menyatakan tujuan, konjungsi ini semacam adverbia modalitas yang menjelaskan
maksud dan tujuan suatu peristiwa atau tindakan. Adverbia modalitas yaitu kata
tugas yang menjelaskan cara mana suatu perbuatan terjadi menurut penafsiran
subjektif (Keraf, 1999: 113). Contoh konjungsi yang menyatakan tujuan adalah
agar.
Contoh
kalimat:
-
Semua negara di kawasan ASEAN diharapkan
saling menghargai batas wilayah.
-
Semua negara di kawasan ASEAN diharapkan
tidak memicu ketegangan regional.
Kedua kalimat
dapat digabungkan dengan menggunakan konjungsi sehingga dan agar, sehingga
menjadi:
1.
Semua negara di kawasan ASEAN diharapkan
saling menghargai batas wilayah sehingga
tidak memicu ketegangan regional.
2.
Semua negara di kawasan ASEAN diharapkan
saling menghargai batas wilayah agar
tidak memicu ketegangan regional.
Penggunaan
kata “agar” dan “sehingga” dalam kalimat
di atas menghasilkan kalimat yang efektif. Perbedaannya tergantung pada jalan
pikiran penulis pada kalimat yang diinginkan. Pada kalimat 1 yang diinginkan
adalah hubungan akibat. Pada kalimat 2 yang diinginkan adalah hubungan tujuan.
Bab III
Penutup
3.1 Simpulan
Kesepadanan
dan kesatuan dalam kalimat efektif merupakan kemampuan struktur/bentuk suatu
bahasa untuk mendukung gagasan pikiran yang terdapat dalam suatu kalimat. Kesepadanan
dan kesatuan erat kaitannya dalam membangun kalimat efektif. Untuk membangun
kalimat efektif perlu diperhatikan beberapa hal berikut, yaitu subjek dan
predikat, kojungsi intrakalimat dan antarkalimat, gagasan pokok, penggabungan
kalimat dengan “yang”, “dan”, penggabungan menyatakan sebab dan waktu serta
penggabungan kalimat yang menyatakan hubungan akibat dan hubungan tujuan .
3.2 Saran
Membuat
kalimat efektif yang sepadan perlu diperhatikan makna secara utuh dalam suatu
kalimat, jangan mengundang makna ambigu atau makna ganda pada kalimat.
Daftar Pustaka
Akhadiah,
Sabarti dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan
Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Keraf, Gorys.1999. Tata Bahasa Rujukan Bahasa
Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.
Kridalaksana, Harimurti. 1990. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT Gramedia.
Tukan, P. 2006. Mahir Berbahasa Indonesia 2. Jakarta: Yudistira.
Zubeirsyah. 2007. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
0 komentar:
Posting Komentar