8 Mitos Seks Yang Berkembang di Kalangan Remaja
Kamis, 19 April 2012
0
komentar
Banyak
sekali mitos-mitos yang masih dipercaya, yang bisa jadi membawa remaja
makin jauh dari jangkauan informasi yang benar tentang seksualitas dan
kesehatan reproduksi, termasuk aktivitas seksual yang sudah dijalani
oleh sebagian remaja. Bisik-bisik diantara remaja soal lutut yang
kopong dan cara jalan yang bisa menggambarkan status keperawanan, sudah
sering kita dengar. Semua itu kok bisa ya dipercaya oleh remaja kita?
Berikut
ini adalah sebagian mitos-mitos seksualitas yang banyak beredar di
sekitar remaja kita hasil dari inventarisasi lembaga KISARA (Kita
Sayang Remaja) dan mungkin juga menjadi pendapat kita selama ini:
1.Berhubungan seks dengan pacar merupakan bukti cinta.
Faktanya,
berhubungan seks bukan cara untuk menunjukan kasih sayang pada saat
masih pacaran, melainkan karena disebabkan adanya dorongan seksual yang
tidak terkontrol dan keinginan untuk mencoba-coba. Rasa sayang kita
dengan pacar bisa ditunjukkan dengan cara lain.
2.Hubungan seks pertama kali selalu ditandai dengan keluarnya darah dari vagina.
Faktanya,
tidak selalu hubungan seks yang pertama kali itu keliahatan berdarah.
Apabila komunikasi seksual terjalin dengan baik dan hubungan seksual
dilakukan dalam keadaan siap dan disertai foreplay yang cukup bisa
tidak memunculkan adanya perdarahan.
3.Loncat-loncat setelah berhubungan seks tidak akan menyebabkan kehamilan.
Faktanya,
ketika spermatozoa sudah memasuki vagina, maka spermatozoa akan
mencari sel telur yang telah matang untuk dibuahi. Loncat-loncat tidak
akan mengeluarkan spermatozoa. Jadi, tetap ada kemungkinan untuk
terjadinya pembuahan atau kehamilan.
4.Selaput dara yang robek berarti sudah pernah melakukan hubungan seksual atau tidak perawan lagi.
Faktanya
tidak selalu demikian. Selaput dara merupakan selaput kulit yang tipis
yang dapat meregang dan robek karena beberapa hal. Selain karena
melakukan hubungan seks, selaput dara juga bisa robek karena melakukan
olah raga tertentu seperti naik sepeda dan berkuda. Karena itu,
robeknya selaput dara belum tentu karena hubungan seks, malah ada juga
perempuan yang sudah menikah dan berhubungan seks berkali-kali tapi
selaput daranya masih utuh dan tidak koyak karena selaput daranya
elastis.
5.Dorongan seksual laki-laki lebih besar daripada perempuan.
Faktanya,
dorongan seksual merupakan hal yang alamiah muncul pada setiap
individu pada umumnya dimulai saat ia menginjak masa pubertas (karena
mulai berfungsinya hormon seksual). Dan ini sangat wajar dan seimbang
baik pada laki-laki maupun perempuan. Faktor yang mempengaruhi dorongan
seksual antara lain kepribadian, pola sosialisasi, dan pengalaman
seksual.
Dorongan
seksual perempuan sering disebut-sebut lebih kecil dari laki-laki
kerena lingkungan menganggap perempuan yang mengekspresikan dorongan
seksualnya adalah perempuan yang “nakal atau kurang baik” , sementara
laki-laki tidak pernah dipermasalahkan.
6.Perempuan yang berdada besar dorongan seksualnya besar.
Faktanya
tidak seperti itu. Secara medis, tidak ada hubungan langsung antara
ukuran payudara dengan dorongan seksual seseorang. Dorongan seksual itu
ditentukan oleh kepribadian, pola sosialisasi, dan pengalaman seksual
(melihat, mendengar, atau merasakan suatu rangsangan seksual).
7.Sering masturbasi bisa membuat mandul.
Faktanya,
secara medis masturbasi tidak menggangu kesehatan fisik selama
dilakukan secara aman (tidak sampai menimbulkan luka atau lecet).
Resiko fisik biasanya berupa kelelahan. Pengaruh masturbasi biasanya
bersifat psikologis, seperti perasaan bersalah, berdosa dan kadarnya
berbeda-beda bagi setiap orang.
Kemandulan
justru biasanya akibat dari IMS (infeksi menular seksual) atau
penyakit lainnya seperti kanker atau karena sebab fisik lainnya
misalnya kualitas sperma yang kurang baik.
8.Minuman bersoda akan dapat mempercepat selesainya menstruasi.
Faktanya,
menstruasi adalah proses pendarahan yang disebabkan luruhnya dinding
rahim sebagai akibat tidak adanya pembuahan. Sakit tidaknya atau lancar
tidaknya menstruasi seseorang selain dipengaruhi oleh hormon juga
dipengaruhi faktor psikis, bukan karena minum minuman bersoda.
Mitos-mitos
tersebut ternyata memang sudah hidup subur di masyarakat. Pengaruh
mitos-mitos tersebut masih sangat kuat, bahkan juga di antara para
remaja yang justru lagi giat-giatnya mencari informasi tentang seks dan
kesehatan reproduksi. Banyak yang mempercayainya sehingga tidak jarang
kita temui kasus-kasus yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
bermula dari keyakinan dari mitos-mitos tersebut. Hal itu terjadi
karena tidak lengkapnya informasi tentang kesehatan reproduksi yang
bisa diakses oleh remaja, baik melalui lembaga formal seperti sekolah,
keluarga atau masyarakat pada umumnya.
Sekarang
tergantung kepada diri remajanya masing-masing, karena mereka yang
akan menjalaninya nanti. Apakah akan menelan mentah-mentah mitos
tersebut ataukah akan mencermatinya lebih lanjut guna memastikan
kebenarannya. Kalau kita masih terpengaruhi dengan mitos-mitos diatas,
yang rugi ya diri kita sendiri.
Dan
bagi yang sudah mengetahui fakta yang sebenarnya, silakanlah tetap
yakin dengan kebenarannya, jangan goyah. Bahkan cobalah ikut serta
untuk menginformasikan fakta-fakta ini ke rekan-rekan remaja yang
lainnya sehingga semakin banyak remaja yang mengerti dan makin
bertanggung jawab dengan segala perilaku dan pilihannya.
source: http://benabda.wordpress.com/2010/04/24/8-mitos-seks-pada-remaja-kaum-muda/
0 komentar:
Posting Komentar