Dilema Mahasiswa, Antara Perkuliahan atau Pekerjaan
Selasa, 01 Mei 2012
0
komentar
Kuliah sambil bekerja. Pasti
akan mendapatkan pengalaman yang lebih bermakna ketimbang
mahasiswa-mahasiswa lain yang pengangguran. Saya sendiri sangat iri pada
mereka yang bisa kuliah sambil bekerja. Ingin saya lakukan hal yang
sama. Tetapi sayangnya sepertinya saya tak mampu. Enaknya kuliah sambil
bekerja adalah mereka bisa mengambil pengalaman bekerja menjadi studi
kasus di kampus. Mahasiswa-mahasiswa yang sudah bekerja pasti akan
kelihatan berbeda dengan mahasiswa-mahasiswa yang belum bekerja. Mereka
lebih dewasa dalam penampilan dan sikap walau di wajahnya tergurat
kelelahan yang tiada tara. Bagaimana tidak? Seharian diisi dengan
sejumlah kegiatan yang mau tak mau harus diperhatikan ekstra. Terkadang
masalah perkuliahan pun menjadi keteteran.
Jika ada orang yang bekerja ingin menyesuaikan minat dan salary
dari pekerjaan itu. Namun untuk mahasiswa rasanya tidak etis membuat
patokan tinggi seperti itu. Mahasiswa hanya bisa menyesuaikan waktu
kuliah dengan jam kerja. Masalah gaji asalkan cukup untuk menutupi
kebutuhan sehari-hari. Syukur-syukur ada lebihnya pasti akan lebih
bermanfaat.
Teman-teman saya sendiri ada yang sudah
bekerja. Ada yang sebagai tenaga honorer di perusahaan swasta atau
negri, tenaga privat, berjualan pulsa (biasanya disebut counter pulsa
berjalan… Hehehe), ada yang jadi guru bahkan ada yang memang sudah
menjadi PNS.
Pekerjaan yang cocok menurut saya untuk mahasiswa adalah sebagai berikut:
- Penjaga warnet, Kalau pakai shift maka mudah untuk membagi waktu.
- Bisnis MLM, susahnya sewaktu menagih kayaknya… Hehehe…
- Guru private, biasanya hanya untuk mengajari anak-anak SD.
- Pramusaji, terkesan sepele tetapi gaji pasti sangat mencukupi.
- Dancer, pekerjaan ini pasti untuk anak pergaulan.
- Penyiar radio, pekerjaan mahasiswa terkeren menurut saya.
- Bisnis online (Teman saya ada juga tuh menjadi reseller, FB-nya yang sudah lama tidak dipakai akhirnya dipakai lagi untuk promosi) Bisa juga memang untuk menjual produk sendiri.
- SPG, biasanya SPG rokok atau kartu perdana.
- Penulis online, melamar ke portal media online dan menjadi penulis konten website perusahaan.
- Dan lain sebagainya.
Sangat strategis bekerja sambil kuliah bila:
- Perkuliahannya memiliki beberapa sesi. Seperti kampus tempat saya ada kelas pagi, kelas siang dan kelas malam.
- Jarak. Antara tempat pekerjaan, kampus dan rumah.
- Pekerjaan dan ilmu yang didapat relevan
- Dan lain sebagainya (Silahkan kalau ingin menambahkan)
Masih banyak lagi pekerjaan yang cocok
untuk mahasiswa menurut saya. Yang bisa menambah-nambah uang jajan dan
administrasi perkuliahan. Tidak hanya membuat kita senang, pasti juga
membuat orangtua bangga mempunyai anak yang mandiri. Meski harus
pintar-pinta membagi waktu. Agar tidak ada satupun dari keduanya
terabaikan. Hidup memang keras, dan orang mandiri tidak akan pernah mati sia-sia di tengah kerasnya hidup.
Namun bagaimana jika yang bekerja adalah
seseorang yang sebenarnya pemalas dan tidak pernah serius melakukan
segala hal? Seperti kisah teman saya, bulan Agustus lalu dia mengatakan
pada saya bahwa dia akan bekerja sebagai tenaga guru honorer di salah
satu SD negeri. Yang pertama kali saya tanyakan adalah, “Emang mampu?”. Dia menjawabnya bertele-tele dan seperti saya tidak mengenal sifat aslinya.
Singkat cerita, terhitung semenjak
September lalu dia sudah tidak pernah hadir lagi ke kampus. Saya SMS
pasti dia jawab sedang mengurus pekerjaannya. Terkadang dia menjawab
sedang sakit, sedang mengajar les sore dan bla bla bla. Pada akhirnya
mendekati UTS, saya tanya serius supaya dia buru-buru melaporkan ke
bagian pendidikan. Karena menurut saya sangat sia-sia bila di Tingkat
III ini mesti berhenti kuliah karena pekerjaan. Tetapi dia menjawab
ogah-ogahan dan malah mengajak saya turut repot dalam masalahnya. Selama
ini kemana saja? Ok. bekerja tetapi kok kekeuh tetap bekerja sementara
karena pekerjaan yang ternyata full time karena turut mengajar pelajaran tambahan membuat perkuliahannya terbengkalai?
Dari awal saya sudah ragu dia untuk
bekerja serius! Saya sudah tidak mempercayai dia. Bukannya sepele, tapi
coba bayangkan. Tidak bekerja saja terkadang absen kuliahnya
bolong-bolong, sakit kepala sedikit saja sudah SMS saya minta
dipermisikan. Saudara datang berkunjung ke rumahnya saja, dia permisi
dari kampus. Lha? Kuliah sambil bekerja? Bagaimana ceritanya? Lagipula
sangat sayang rasanya sudah Tingkat III dia menyia-nyiakannya. Kalau
saja dia membuat permohonan cuti setahun pasti itu lebih enak
kedengarannya. Nah, ini apa coba? Mengurusnya saja dia malas.
Itu contoh dilema kuliah sambil bekerja
yang dilakukan oleh orang yang salah. Orang yang tepat menurut saya
adalah orang yang bisa menjaga waktunya, tak apalah absennya
bolong-bolong sedikit. Asalkan tidak langsung berhenti kuliah tanpa
alasan yang cerdas.
Bagaimana pun saya salut pada mereka
yang bisa melakukannya dengan sangat mandiri tanpa mengeluh sedikit pun.
Sekali lagi saya katakan. Hidup memang keras, dan orang mandiri tidak akan pernah mati sia-sia di tengah kerasnya hidup.Sumber : http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/01/09/dilema-mahasiswa-antara-perkuliahan-atau-pekerjaan/
0 komentar:
Posting Komentar