Tips Meraih Cita-cita
Sabtu, 05 Mei 2012
0
komentar
Pepatah bijak mengatakan “meraih itu lebih mudah daripada menjaganya“.
Kiranya, pepatah itu memang tepat diterapkan dalam kehidupan. Kita
sering terobsesi sebuah angan. Kita menamakan angan itu sebagai
cita-cita. Ya, cita-cita!
Setiap orang pasti mempunyai cita-cita. Bahkan, saya dapat mengatakan bahwa setiap orang wajib mempunyai cita-cita. Jika dianalogikan, cita-cita itu dapat diibaratkan sebagai kompas.
Tanpa kompas, kita akan bingung dan dibingungkan. Kompas adalah
pengarah menuju tujuan. Jadi, cita-cita merupakan tujuan akhir kehidupan
kita.
Lalu, kita pun membedakan cita-cita berdasarkan waktu ketercapaian. Ada
target jangka pendek, menengah, dan panjang. Pembedaan itu semata
bertujuan agar kita mudah mengelola waktu, pikiran, dan dana. Dengan
manajemen yang baik, akhirnya semua cita-cita itu tercapai.
Begitu cita-cita itu tercapai, muncullan rasa puas. Kita begitu bangga
dan berbangga hati dan diri. Kita begitu bangga untuk bercerita tentang
kesuksesan meraih cita-cita. Tentu itu bertujuan agar semua orang
mengagumi kita. “Wah, si Fuylan itu hebat ya. Sudah jadi orang sukses!”
begitulah puji setiap orang kepada kita.
Namun, kita harus mewaspadai keadaan itu. Sungguh kesuksesan merupakan
ujian terberat bagi kita. Kesuksesan justru menjadi penghambat kita
untuk meraih sukses berikutnya. Sungguh kesuksesan itu belum tercapai
hingga kehidupan ini usai.
Bagi seorang guru, kepala sekolah sering dianggap sebagai puncak karier
sebagai guru. Maka, mereka - para guru - berusaha agar menjadi kepala
sekolah. Para guru itu berusaha mengikuti seleksi calon kepala sekolah.
Jika sudah dinyatakan lolos, tunggulah panggilan dari pihak berwenang.
Namun, jangan berharap dipanggil jika Anda belum menyiapkan “sejumlah
syarat” lainnya.
Namun, perhatikanlah para kepala sekolah di tempat Anda. Apa kegiatan
kesehariannya? Rerata kepala sekolah justru menurun integritas dan
kinerjanya. Maklum, mereka - kepala sekolah - sudah duduk di kursi empuk
yang melenakan dan mudah membuat ngantuk. Sangat jarang ditemui kepala sekolah mampu memotivasi para guru agar berprestasi. Bahkan, itu dapat dikatakan barang langka.
Tulisan ini terinspirasi oleh keluhan beberapa kepala sekolah di daerah saya. Rerata pangkat dan golongan kepala sekolah adalah IVa dengan jabatan sebagai guru pembina.
Mereka merasa putus asa untuk menaikkan pangkat-golongannya. Mengapa?
Karena disyaratkan untuk menulis karya ilmiah senilai 12 poin. Jika
berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK), itu berarti bahwa mereka
harus menulis 3 PTK.(Lucunya, saya sendiri masih IIId. Kok nggak malu bertanya kepada bawahan, ya?)
Seharusnya dengan jabatan itu, mereka dapat meningkatkan etos kerja dan prestasinya. Apa lacur, mereka justru melempem
alias tak bertenaga untuk menaikkan pangkatnya. Bukankah mereka -
kepala - sekolah - itu sudah tidak mengajar anak-anak (siswa)? Bukankah
pekerjaan mereka - kepala sekolah - itu hanya menyuruh dan menyalahkan
pekerjaan rekan-rekan guru? Dengan pekerjaan yang begitu mudah, mereka
mempunyai banyak dan teramat banyak waktu luang. Lalu, untuk apa waktu
luang sebanyak itu? Dasar kepala sekolah pemalas!
Dalam berbagai kesempatan, saya sering member tips kepada mereka (kepala
sekolah itu). “Pak, seharusnya waktu luang Bapak itu dapat digunakan
untuk menulis dan menulis. Awalilah sehari satu halaman. Jika Bapak
konsisten, sebulan Bapak sudah menghasilkan sebuah PTK. Dalam waktu 3
bulan, Bapak sudah mempunyai 3 PTK. Dan itu cukup untuk memenuhi syarat
ke IVb” ujarku kepada mereka.
Mendengar tuturan sederhana itu, mereka pun menjawab, “Oalah, Pak..Pak. Gimana mau nulis kalau setiap hari harus rapat?” O, jadi kepala sekolah itu tukang rapat, ya. Pantas saja uang sekolah habis. Lha digunakan untuk rapat melulu. Kapan kerjanya?
Itulah mereka. Jika jabatan menjadi ambisi, begitulah jadinya. Maka,
pangkat dan jabatan sebaiknya jangan dicari. Pangkat dan jabatan itu
adalah sebuah amanah. Jika kita dipercaya, tentu Tuhan akan memberi
jabatan itu kepada kita. Ingatlah, jabatan itu sering membuai idealisme
kita untuk bertukar dengan jabatan lain. Jadi, alangkah baiknya jika
kita bersungguh-sungguh meraih cita-cita itu. Namun, hendaknya raihan
cita-cita itu tidak membuat kita lalu terlena. Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit. Jika Anda terjatuh, setidak-tidaknya Anda jatuh di atap rumah! Selamat siang menjelang petang. Semoga bermanfaat.
Sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2010/10/18/tips-meraih-cita-cita/
0 komentar:
Posting Komentar