DAMPAK ARUS GLOBALISASI TERHADAP PERUBAHAN LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA
Sabtu, 07 April 2012
0
komentar
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan
dirasakan oleh hampir semua manusia dalam masyarakat. Perubahan dalam
masyarakat tersebut wajar, mengingat manusia memiliki kebutuhan yang
tidak terbatas. Kalian akan dapat melihat perubahan itu setelah
membandingkan keadaan pada beberapa waktu lalu dengan keadaan sekarang.
Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti
peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem
kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta
religi/keyakinan.
Perubahan
sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam
kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu
pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan
tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Ruang
lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial.
Namun demikian dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan
perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan.
Pertama-tama
perlu saya kemukakan bahwa masih banyak di antara masyarakat awam kita
yang mengartikan “kebudayaan” sebagai “kesenian”, meskipun sebenarnya
kita semua memahami bahwa kesenian hanyalah sebagian dari kebudayaan.
Hal ini tentulah karena kesenian memiliki bobot besar dalam kebudayaan,
kesenian sarat dengan kandungan nilai-nilai budaya, bahkan menjadi wujud
dan ekspresi yang menonjol dari nilai-nilai budaya.
Dan
di tengah Maraknya arus Globalisasi yang masuk ke Indonesia, melalui
cara cara tertentu membuat Dampak Positif dan Dampak Negatif nya
sendiri Bagi Bangsa Indonesia. Terutama dalam Bidang Kebudayaan. Karena
semakin terkikisnya nilai – nilai Budaya kita oleh pengaruh budaya Asing
yang masuk ke Negara kita.
Oleh
karena itu, untuk meningkatkan ketahanan budaya bangsa, maka
Pembangunan Nasional perlu bertitik-tolak dari upaya-upaya
pengembangan kesenian yang mampu melahirkan “nilai-tambah kultural”.
Pakem-pakem seni (lokal dan nasional) perlu tetap dilanggengkan, karena
berakar dalam budaya masyarakat. Melalui dekomposisi dan rekonstruksi,
rekoreografi, renovasi, revitalisasi, refungsionalisasi, disertai
improvisasi dengan aneka hiasan, sentuhan-sentuhan nilai-nilai dan nafas
baru, akan mengundang apresiasi dan menumbuhkan sikap posesif terhadap
pembaharuan dan pengayaan karya-karya seni. Di sinilah awal dari
kesenian menjadi kekayaan budaya dan “modal sosial-kultural” masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimana mempertahankan lingkungan budaya lokal dari pengaruh negatife dampak dari arus globalisasi.
b. Bagaimana
peran serta mahasiswa dalam ikut serta melestarikan dan melindungi
budaya lokal sendiri dari terjangan arus globalisasi.
C. Tujuan
Melihat
pesatnya berkembangnya arus globalisasi yang begitu pesat, yang
nantinya dampak negatifnya akan kita rasakan juga baik cepat ataupun
lambat Sehingga dengan dibuatnya makalah ini masyarakat diharapkan
dapat:
a. Mengetahui dampak negatife maupun positif dari arus globalisasi.
b. Mampu berperan aktif dalam mempertahankan budaya kita sendiri.
c. Bagi mahasiswa hal ini dapat menjadi pelajaran dan langkah apa yang perlu diambil dalam menghadapi arus globalisasi.
D. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari hasil penulisan ini adalah :
Untuk
menghadapi arus globalisasi, khususnya untuk lingkungan budaya kita
agar tidak terkikis dengan masuknya budaya lain tentunya perlu peran
aktif semua elemnen masyarakat. Dan disini kita sebagai mahasiswa akan
mengetahui bagaimana jalur yang kita tempuh untuk ikut aktif peran serta
mempertahankan budaya kita dari pengaruh arus globalisasi.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
A. Keanekaragaman Budaya Indonesia
Kebudayaan
lokal Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi suatu kebanggaan
sekaligus tantangan untuk mempertahankan serta mewarisi kepada generasi
selanjutnya. Budaya lokal Indonesia sangat membanggakan karena memiliki
keanekaragaman yang sangat bervariasi serta memiliki keunikan
tersendiri. Seiring berkembangnya zaman, menimbulkan perubahan pola
hidup masyakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat lebih memilih
kebudayaan baru yang mungkin dinilai lebih praktis dibandingkan dengan
budaya lokal.
Banyak
faktor yang menyebabkan budaya lokal dilupakan dimasa sekarang ini,
misalnya masuknya budaya asing. Masuknya budaya asing ke suatu negara
sebenarnya merupakan hal yang wajar, asalkan budaya tersebut sesuai
dengan kepribadian bangsa. Namun pada kenyataannya budaya asing mulai
mendominasi sehingga budaya lokal mulai dilupakan.
Faktor
lain yang menjadi masalah adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya peranan budaya lokal. Budaya lokal adalah identitas bangsa.
Sebagai identitas bangsa, budaya lokal harus terus dijaga keaslian
maupun kepemilikannya agar tidak dapat diakui oleh negara lain. Walaupun
demikian, tidak menutup kemungkinan budaya asing masuk asalkan sesuai
dengan kepribadian negara karena suatu negara juga membutuhkan
input-input dari negara lain yang akan berpengaruh terhadap perkembangan
di negranya.
Dimasa
sekarang ini banyak sekali budaya-budaya kita yang mulai menghilang
sedikit demi sedikit.Hal ini sangatlah berkaitan erat dngan masuknya
budaya-budaya ke dalam budaya kita.Sebagai contoh budaya dalam tata cara
berpakaian.Dulunya dalam budaya kita sangatlah mementingkan tata cara
berpakaian yang sopan dan tertutup.Akan tetapi akaibat masuknya budaya
luar mengakibatkan budaya tersebut berubah.Sekarang berpakaian yang
menbuka aurat serasa sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat erat
didalam masyarakat kita.Sebagai contoh lain jenis-jenis makanan yang
kita konsumsi juga mulai terpengaruh budaya luar.Masyarakat sekarang
lebih memilih makanan-makanan yang berasal dari luar seperti
KFC,steak,burger,dan lain-lain.Masyarakat menganggap makanan-makanan
tersebut higinis,modern,dan praktis.Tanpa kita sadari makanan-makanan
tersebut juga telah menjadi menu keseharian dalam kehidupan kita.Hal ini
mengakibatkan makin langkanya berbagai jenis makanan tradisional.Bila
hai ini terus terjadi maka tak dapat dihindarkan bahwa anak cucu kita
kelak tidak tahu akan jenis-jenis makanan tradisional yang berasal dari
daerah asal mereka.
B. Melestarikan Budaya Lokal
Tugas
utama yang harus dibenahi untuk melestarian budaya lokal agar tidak
hilang begitu saja adalah bagaimana mempertahankan, melestarikan,
menjaga, serta mewarisi budaya lokal dengan sebaik-baiknya agar dapat
memperkokoh budaya bangsa yang akan megharumkan nama Indonesia. Dan juga
supaya budaya asli negara kita tidak diklaim olegh negara lain.Berikut
beberapa hal yang dapat kita simak dalam rangka melestarikan budaya.
1. Kekuatan
Keanekaragaman budaya lokal yang ada di Indonesia
Indonesia
memiliki keanekaragaman budaya lokal yang dapatdijadikan sebagai ke
aset yang tidak dapat disamakan dengan budaya lokal negara lain. Budaya
lokal yang dimiliki Indonesia berbeda-beda pada setiap daerah. Tiap
daerah memiliki ciri khas budayanya, seperti rumah adat, pakaian adat,
tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Semua itu dapat
dijadikan kekuatan untuk dapat memperkokoh ketahanan budaya bangsa
dimata Internasional.
Kekhasan budaya Indonesia
Kekhasan budaya lokal yang dimiliki setiap daerah di Indonesia memliki kekuatan tersediri. Misalnya rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Kekhasan
budaya lokal ini sering kali menarik pandangan negara lain. Terbukti
banyaknya turis asing yang mencoba mempelajari budaya Indonesia seperti
belajar tarian khas suat daerah atau mencari barang-barang kerajinan
untuk dijadikan buah tangan. Ini membuktikan bahwa budaya bangsa
Indonesia memiliki cirri khas yang unik.
Kebudayaan Lokal menjadi sumber ketahanan budaya bangsa
Kesatuan
budaya lokal yang dimiliki Indonesia merupakan budaya bangsa yang
mewakili identitas negara Indonesia. Untuk itu, budaya lokal harus tetap
dijaga serta diwarisi dengan baik agar budaya bangsa tetap kokoh.
2. Kelemahan
Kurangnya kesadaran masyarakat
Kesadaran
masyarakat untuk menjaga budaya lokal sekarang ini masih terbilang
minim. Masyarakat lebih memilih budaya asing yang lebih praktis dan
sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini bukan berarti budaya lokal
tidak sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi banyak budaya asing yang
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Budaya lokal juga dapat di
sesuaikan dengan perkembangan zaman, asalkan masih tidak meningalkan
cirri khas dari budaya tersebut.
Minimnya komunikasi budaya
Kemampuan
untuk berkomunikasi sangat penting agar tidak terjadi salah pahaman
tentang budaya yang dianut. Minimnya komunikasi budaya ini sering
menimbulkan perselisihan antarsuku yang akan berdampak turunnya
ketahanan budaya bangsa.
Kurangnya pembelajaran budaya
Pembelajaran
tentang budaya, harus ditanamkan sejak dini. Namun sekarang ini banyak
yang sudah tidak menganggap penting mempelajari budaya lokal. Padahal
melalui pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui pentingnya budaya
lokal dalam membangun budaya bangsa serta bagaiman cara mengadaptasi
budaya lokal di tengan perkembangan zaman.
3. Peluang
Indonesia dipandang dunia Internasional karena kekuatan budayanya
Apabila
budaya lokal dapat di jaga dengan baik, Indonesia akan di pandang
sebagai negara yang dapat mempertahankan identitasnya di mata
Internasioanal.
Kuatnya budaya bangsa, memperkokoh rasa persatuan
Usaha
masyarakat dalam mempertahankan budaya lokal agar dapat memperkokoh
budaya bangsa, juga dapat memperkokoh persatuan. Karena adanya saling
menghormati antara budaya lokal sehingga dapat bersatu menjadi budaya
bangsa yang kokoh.
Kemajuan pariwisata
Budaya
lokal Indonesia sering kali menarik perhatian para turis mancanegara.
Ini dapat dijadikan objek wisata yang akan menghasilkan devisa bagi
negara. Akan tetapi hal ini juga harus diwaspadai karena banyaknya aksi
pembajakan budaya yang mungkin terjadi.
Multikuturalisme
Dalam
artikelnya, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning,
Riau, Dr Junaidi SS MHum, mengatakan bahwa multikulturalisme meberikan
peluang bagi kebangkitan etnik dan kudaya lokal Indonesia. Dua pilar yang mendukung pemahaman ini adalah pendidikan budaya dan komunikasi antar budaya.
4. Tantangan
Perubahan lingkungan alam dan fisik
Perubahan
lingkungan alam dan fisik menjadi tantangan tersendiri bagi suatu
negara untuk mempertahankan budaya lokalnya. Karena seiring perubahan
lingkungan alam dan fisik, pola piker serta pola hidup masyakrkat juga
ikt berubah
Kemajuan Teknologi
Meskipun
dipandang banyak memberikan banyak manfaat, kemajuan teknologi ternyata
menjadi salah satu factor yang menyebabkan ditinggalkannya budaya
lokal. Misalnya, sistem sasi (sistem asli masyarakat
dalam mengelola sumber daya kelautan/daratan) dikawasan Maluku dan Irian
Jaya. Sistem sasi mengatur tata cara sertamusim penangkapan iakn di
wilayah adatnya, namun hal ini mulai tidak di lupakan oleh
masyarakatnya.
Masuknya Budaya Asing
Masuknya
budaya asing menjadi tantangan tersendiri agar budaya lokal tetap
terjaga. Dalam hal ini, peran budaya lokal diperlukan sebagai
penyeimbang di tengah perkembangan zaman
C. Perubahan budaya dan arus globalisasi mengakibatkan beberapa budaya tersingkirkan
Perubahan
budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan
dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari
nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma
social merupakan salh satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar.
Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan
batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung
mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga
melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang
hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu
sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak
tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju seperti
Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah
air. Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui
parabola yang kini makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Sementara
itu, kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui kaset, vcd,
dan dvd yang berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya di
tengah-tengah kita. Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa
negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang
kendali dalam globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga. Peristiwa
transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap
keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan
bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga
kelestariannya.
Di
saat yang lain dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti
saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan
informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika
dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola
masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat
mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi. Kondisi yang demikian
mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia
dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam
masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian
etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat
dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan
sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem
ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai
bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian
yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun
demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu
saja. Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan
secara kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses
modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi
telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga
alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas.
Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni
pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka.
Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat
di Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak
ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan
salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya
akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu agen penanaman
nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah
kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa
Timur sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk
merupakan contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional
akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami oleh
kesenian Jawa tradisional, melainkan juga dalam berbagai ekspresi
kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia. Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi.
Di
sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah
mengalami perubahan fungsi. Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan
mentransformasikan diri dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu
dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional
“Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat.
Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki
penggemar tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk
siaran televisi, bukan ketoprak panggung. Dari segi bentuk pementasan
atau penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah
terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Selain ketoprak masih
ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi dengan
teknologi mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit
terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati
masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan
secara langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak
beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup
sebagai bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu
khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap
mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal seperti wayang kulit
dengan mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan sekali dan
pagelaran musik gamelan tiap satu minggu atau satu bulan sekali yang
diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.
D. Peran mahasiswa dalam kebudayaan
Kita
sebagai seorang mahasiswa yang aktif dan kreatif tentunya tidak ingin
kebudayaan kita menjadi pudar bahkan lenyap karena pengaruh dari
budaya-budaya luar.Mahasiswa memiliki kedudukan dan peranan penting
dalam pelestarian seni dan budaya daerah. Hal ini didasari oleh asumsi
bahwa mahasiswa merupakan anak bangsa yang menjadi penerus kelangsungan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia. Sebagai
intelektual muda yang kelak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa, pada
mereka harus bersemayam suatu kesadaran kultural sehingga keberlanjutan
negara bangsa Indonesia dapat dipertahankan. Pembentukan kesadaran
kultural mahasiswa antara lain dapat dilakukan dengan pengoptimalan
peran mereka dalam pelestarian seni dan budaya daerah.
Optimalisasi
peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah dapat
dilakukan melalui dua jalur, yaitu intrakurikuler dan ekstrakulikuler.
Jalur Intrakurikuler dilakukan dengan menjadikan seni dan budaya daerah
sebagai substansi mata kuliah; sedangkan jalur ekstrakurikuler dapat
dilakukan melalui pemanfaatan unit kegiatan mahasiswa (UKM) kesenian dan
keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan seni dan budaya yang
diselenggarakan oleh berbagai pihak untuk pelestarian seni dan budaya
daerah.
a. Jalur Intrakurikuler
Untuk
mengoptimalkan peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya
daerah diperlukan adanya pemahaman mahasiswa terhadap seni dan budaya
daerah. Tanpa adanya pemahaman yang baik terhadap hal itu, mustahil
mahasiswa dapat menjalankan peran itu dengan baik. Peningkatan
pemahaman mahasiswa terhadap seni dan budaya daerah dapat dilakukan
melalui jalur intrakurikuler; artinya seni dan budaya daerah dijadikan
sebagai salah satu substansi atau materi pembelajaran dalam satu mata
kuliah atau dijadikan sebagai mata kuliah. Kemungkinan yang pertama
dapat dilakukan melalui mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD)
bagi mahasiswa program studi eksakta, dan Ilmu Budaya Dasar dan
Antropologi Budaya bagi mahasiswa program studi ilmu sosial. Dalam dua
mata kuliah itu terdapat beberapa pokok bahasan yang dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap seni dan budaya daerah
yaitu tentang manusia dan kebudayaan, manusia dan peradaban, dan
manusia, sains teknologi, dan sen.Kemungkinan
yang kedua tampaknya telah diakomodasi dalam kurikulum program
studi-program studi yang termasuk dalam rumpun ilmu budaya seperti
program studi di lingkungan Fakultas Sastra atau Fakultas Ilmu Budaya.
Beberapa mata kuliah yang secara khusus dapat digunakan untuk
meningkatkan pemahaman terhadap seni dan budaya daerah adalah Masyarakat
dan Kesenian Indonesia, Manusia dan Kebudayaan Indonesia, dan
Masyarakat dan Kebudayaan Pesisir. Melalui mata kuliah-mata kuliah itu,
mahasiswa dapat diberi penugasan untuk melihat, memahami, mengapresiasi,
mendokumentasi, dan membahas seni dan budaya daerah. Dengan
kegiatan-kegiatan semacam itu pemahaman mahasiswa terhadap seni dan
budaya daearah akan meningkat yang juga telah melakukan pelestarian.
Jalur
intrakurikuler lainnya yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pemahaman bahkan mengoptimalkan peran mahasiswa dalam pelestarian seni
dan budaya daerah adalah Kuliah Kerja Nyata (KKN). Mahasiswa-mahasiswa
yang telah mendapatkan pemahaman yang mencukupi terhadap seni dan budaya
daerah dapat berkiprah langsung dalam pelestarian dan pengembangan seni
dan budaya daerah. Kuliah Kerja Profesi (KKP) yang merupakan bentuk
lain dari KKN di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro telah
digunakan untuk berperan serta dalam pelestarian dan pengembangan seni
dan budaya daerah. Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, khususnya yang
berasal dari program studi Sejarah, dalam tiga tahun terakhir sebagian
telah membantu merevitalisasi seni budaya yang tumbuh dan berkembang di
Semarang, misalnya batik Semarang, arsitektur Semarang, dan membantu
mempromosikan perkumpulan Wayang Orang Ngesthi Pandhawa.
b. Jalur Ekstrakurikuler
Pembentukan
dan pemanfaatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kesenian Jawa (Daerah
Lainnya) merupakan langkah lain yang dapat ditempuh untuk mengoptimalkan
peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah. Sehubungan
dengan hal itu, pimpinan perguruan tinggi perlu mendorong pembentukan
UKM Kesenian Daerah. Lembaga kemahasiswaan itu merupakan wahana yang
sangat strategis untuk upaya-upaya tersebut, karena mereka adalah
mahasiswa yang benar-benar berminat dan berbakat dalam bidang seni
tradisi. Latihan-latihan secara rutin sebagai salah satu bentuk kegiatan
UKM kesenian daerah (Jawa misalnya) yang pada gilirannya akan berujung
pada pementasan atau pergelaran merupakan bentuk nyata dari pelestarian
seni dan budaya daerah.
Forum-forum
festival seni mahasiswa semacam Pekan Seni Mahasiswa Tingkat Nasional
(Peksiminas) merupakan wahana yang lain untuk pengoptimalan peran
mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah.
Sumber : http://studisipil.blogspot.com/2012/01/dampak-arus-globalisasi-terhadap.html
0 komentar:
Posting Komentar